Herzlich Willkommen

Live processing contents

Sunday, February 26, 2012

DRP & Infrastructure


DISASTER RECOVERY PROJECT &  INFRASTRUCTURE IMPLEMENTATION

Infrastruktur atau prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses. Infrastruktur Teknologi Informasi (TI) adalah kumpulan perangkat fisik dan perangkat lunak yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu proses dalam perusahaan atau badan lainnya. Yang termasuk ke dalam tipe proyek SI ini adalah proyek pengadaan atau penggantian hardware, server atau PC, untuk menempatkan infrastruktur komunikasi dan kadang kala konstruksi fisik dari benda-benda seperti perangkat komputer atau perlengkapan dan peralatan. 

Infrastruktur TI mempunyai 7 komponen utama, yaitu :
a.      Peralatan dan layanan jaringan dan telekomunikasi (50% dari pengeluaran AS);
b.      Aplikasi perangkat lunak perusahaan (enterprise) dan lainnya (19%);
c.       Platform hardware komputer (9%);
d.      Jasa konsultasi dan sistem integrator (9%);
e.      Platform sistem operasi (7%);
f.        Manajemen dan penyimpanan database (3%);
g.      Platform internet (2%).

Ekosistem infrastruktur TI


Semua Prinsip-prinsip umum manajemen proyek dapat diterapkan untuk tipe proyek infrastruktur TI dan bermanfaat, biasanya, hasil dari proyek nyata/dapat dilihat (tangible), tidak seperti pada tipe proyek SI yang lain.

Bagaimanapun juga ada beberapa isu yang harus diperhatikan oleh manajer proyek dalam proyek tipe ini, antara lain :
Ø  Biasanya, kebutuhan untuk memelihara “business as usual (kebiasaan bisnis)” bersamaan dengan penambahan infrastruktur baru. Hal ini tentu rumit, sebagai contoh, terdapat celah bagi infrastruktur lama dan baru untuk dapat bekerja berdampingan.
Ø  Fitur-fitur manajemen supplier sangat diperhatikan dalam proyek ini, karena sebagian besar dari pekerjaan disubkontrakkan dan semua peralatan dibeli. Oleh karena itu, sangat penting untuk mendirikan badan hukum (firma) dan jangka waktu yang realistis untuk mengirimkan dan menilai secara cermat keterkaitan antara tugas, jika tidak waktu, usaha, dan uang dapat terbuang sia-sia untuk menunggu barang terkirim atau selesai dibuat.

 case:   INFRASTRUCTURE IMPLEMENTATION PROJECTS

Pengembangan infrastruktur IT-TV broadcast sebuah studi kasus: JAKTV

Perencanaan teknis pembangunan Teknologi Broadcast di JAK-TV awal mulanya direncanakan oleh perusahaan konsultan TV Malaysia bernama Syqic, namun pada implementasinya banyak hal yang berseberangan dengan kondisi nyata stasiun televisi di Indonesia. Sehingga banyak timbul problem-problem teknis dan non teknis. Begitu banyaknya problem maka banyak perencanaan awal yang kurang tepat sehingga tidak efektif dari sisi pembiayaan  dan dari sisi infrastruktur yang sangan tidak adaptif.

Sehubungan dengan hal tersebut maka JAK-TV membutuhkan sistem dan infrastruktur yang mendukung kecepatan editing, ingest secara simultan, mereduksi waktu rendering, mengkoneksikan semua logical workflow antar bagian, membuat koneksi aplikasi  pemberitaan/news on-air dengan news online (melalui website), aplikasi sms terintegrasi, berbagi pakai penggunaan server dan media penyimpanan serta menjaga keamanannya dan terakhir semua pembiayaan tersebut dapat ditekan seminimal mungkin.



Tujuan Proyek :


  1. Meningkatkan efisiensi, efektifitas kerja Perusahaan dan meminimalisasi masalah-masalah teknis dan non-teknis dalam operasional sehari-hari.
  2. Pembuatan infrastruktur dan sistem yang mendukung kecepatan koneksi, sistem aplikasi, sistem komunikasi dan CMS, sistem editing dan multimedia, sistem keamanan informasi dan hardware, serta perbaikan layanan siaran secara online maupun broadcast.
Tantangan atau permasalahan :


  1. Sistem jaringan komputer yang membentuk pulau-pulau jaringan, terdapat : office network,  HRD network,  Broadcast Network,  dan  News Network
  2. Tingkat penggunaan tape yang sangat tinggi setiap harinya
  3. Penggunaan peralatan editing Machintosh dapat masuk ke Storage Area Network dan Video Server untuk melakukan perubahan data tanpa ada yang mengontrolnya.
  4. Beberapa aplikasi menggunakan server yang berbeda-beda namun hanya menggunakan satu storage area network (SAN)
  5. Menampilkan berita-berita JAK-TV ke website melakukan proses manual  pemindahan file.
  6. Aplikasi dan server SMS terpisah
  7. Proses pengurutan siaran (Running Order) sering tidak melalui proses bisnis yang ada
  8. Terjadinya Blinking dan black screen dalam sekian detik pada tampilan JAK TV
Memanage proyek tersebut :
  1. Perbaikan jaringan computer meningkatkan kecepatan transfer data, karena terdapat backbone dengan kecepatan transfer tinggi dan diakses oleh semua service (interkoneksi) dan distribusi layer yang melakukan filterisasi atau blocking traffic yang tidak perlu,
  2. Penambahan Storage dan Control Video Server yang memungkinkan dilakukannya Multi Ingest yang mengakibatkan kinerja semakin cepat.
  3. Penambahan Digital Asset Management mengakibatkan peningkatan kecepatan pengambilan file untuk ON AIR.
  4. Pembetukan pola atau pattern dan mengacu pada service yang ada pada pengembangan infrastruktur maka kompleksitas akan berkurang sehingga penambahan aplikasi maupun ekspansi komponen-komponen lainnya dapat diantisipasi.


KELAYAKAN WAKTU



Dalam perencanaan pengembangan infrastrktur IT-TV Broadcast ini diharapkan dalam waktu sekitar 2(dua) bulan dapat diselesaikan, sehingga menjadi sebuah konsep perencanaan yang telah siap untuk diimplemetasikan. Waktu 2(dua) bulan adalah waktu yang layak dalam pengerjaan proyek ini, tentunya dengan mengikuti time schedule dan tahapan-tahapan pengembangan Infrastruktur, seperti berapa lama studi kelayakannya, berapa lama tahapan analisa  dilakukan, berapa lama desain dan pemilihan arsitektur infrastruktur yang tepat, sampai pada tahapan pelaksanaan proyek dalam bentuk konsep implementasi pengembangan Infrastruktur Adaptif IT –TV Broadcast JAK-TV.



Mengacu pada lamanya waktu, maka tahapan-tahapan yang dijelaskan diatas dianggap tidak akan mengganggu pekerjaan utama sampai pada implementasi, karena dapat dilakukan pada saat operasional kerja tetap berjalan. Apalagi untuk tahapan awal ini hanya mengacu pada konsep implementasi yang jauh lebih mudah dibandingkan dengan tahapan implementasi yang sebenarnya.

PENGEMBANGAN :
Mengacu pada konsep Infrastruktur Adaptif dengan metodologi System Development Life Cycle (SDLC) dalam melakukan perencanaan infrastruktur IT-TV BroadCast JakTV yang memiliki keuntungan dalam penggunan framework standars, sehingga baik bagi pengembangan infrastruktur dengan langkah kerja yang baik dan teratur serta menghindari kesalahan-kesalahan prosedur yang tidak perlu dalam pengerjaan.

Hasil yang ingin diharapkan :
1. Sistem Networking menjadi lebih manageable dan traceable;
2. Akses Data Storage lebih aman dan reliable;
3. Tidak ada Delay antar Penyiaran karena lambatnya sistem dan koneksi;
4. Konektivitas tinggi dalam proses Broadcast dan On/off air Service;
5. Tidak ada high traffic dan broken data;
6. Running Order dapat terawasi dan terkontrol sesuai proses bisnis;

Indikator keberhasilan : 
1. Zero Delay;
2. 100% Connected seluruh sistem siaran;
3. 100% Controlable Running  Order;
4. Digital Asset Management 90-100% tercontrol;
5. 100% Data Controllable dan terproteksi;
6. Proses penyiaran On Air 100% tanpa ada blinking dan blackscreen.

Kemitraan :
Pimpinan Proyek : Kepala Divisi Penyiaran JakTV

Biaya Proyek : Rp.400.000.000;
Biaya Maintenance dan operasional : Rp.40.000.000;/bulan.

sumber : lontar.ui.ac.id

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

JAWABAN PERTANYAAN

1.       Umumnya. Prinsip proyek manajemen sesuai dengan IT infrastruktur ?
Prinsip umum proyek manajemen semuanya dapat diaplikasikan karena memiliki banyak keuntungan dan kebanyakan hasilnya dapat dihitung atau terlihat dengan penilaian berdasarkan prinsip manajemen proyek. Dasar dari proyek manajemen tersebut yakni perhitungan secara matang tentang pengadaan pemilihan infrastruktur secara matang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan organisasi .
2.      Mengapa manajemen supplier dan subkontraktor  begitu penting di dalam permasalahan proyek infrastruktur TI ?
Manajemen supplier sangat dibutuhkan ketika kita ingin melihat fitur apa yang kita inginkan di dalam proyek kita beserta perlengkapan apa saja yang dibutuhkan dengan perhitungan seefektif dan seefisien mungkin. Sehingga dalam penentuan supplier menjadi lebih mudah dan menghindari kesalahan dalam pengadaan infrastruktur.
3.       Principal object pada disaster recovery project ?
Project principle objective harus dinyatakan “Pengembangan dan testing dari sebuah struktur yang baik dan rencana koheren yang memungkinkan organisasi untuk pulih secepat dan seefektif mungkin dari sebuah disaster/bencama yang belum dapat diramalkan atau  kritis yang akan mengganggu jalannya operasi bisnis.
Setiap organisasi harus lebih lanjut Organisasi ini selanjutnya bisa memiliki serangkaian sub-sasaran yang dapat mencakup beberapa isu seperti penelitian khusus dan kegiatan pembangunan, kebutuhan untuk memastikan bahwa semua karyawan memahami tugas mereka dalam melaksanakan rencana tersebut, kebutuhan untuk memastikan kebijakan keamanan informasi yang dianut untuk di semua kegiatan yang direncanakan atau kebutuhan untuk memastikan bahwa pengaturan kontingensi yang diusulkan biaya yang efektif.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------


DISASTER RECOVERY PROJECT
Pengertian Jenis Proyek IT (Disaster Recovery Project)

Pengertian proyek Disaster Recovery Planning merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi kemungkinan dan membatasi kerugian akibat bencana pada proses bisnis yang penting. Bencana yang dimaksud bisa berupa banjir, kebakaran, gempa bumi, ataupun virus, kegagalan harddisk, serangan dari cracker, dan lain sebagainya. Tentunya bencana seperti ini sangat mengancam data atau informasi perusahaan atau perorangan.

Disaster (bencana) didefiniskan sebagai kejadian yang waktu terjadinya tidak dapat diprediksi dan bersifat sangat merusak. Pengertian ini mengidentifikasikan sebuah kejadian yang memiliki empat faktor utama, yaitu :
  • tiba-tiba
  • tidak diharapkan
  • bersifat sangat merusak
  • kurang perencanaan
Bencana terjadi dengan frekuensi yang tidak menentu dan akibat yang ditimbulkannya meningkat bagi mereka yang tidak mempersiapkan diri terhadap kemungkinan-kemungkinan timbulnya bencana. Rencana pencegahan dan perbaikan terhadap bencana dapat membantu melindungi semua asset oraganisasi, termasuk sumber daya manusia, pekrjaan, data-data penting, dan fasilitas organisasi.


Disaster recovery plan merupakan program yang tertulis dan telah disetujui, diimplementasikan, serta dievaluasi secara periodik, yang menfokuskan pada semua aksi yang perlu dilakukan sebelum, ketika, dan setelah bencana. Rencana ini disusun berdasarkan review secara menyeluruh terhadap bencana-bencana yang potensial, yang mencakup lingkup fasilitas, lokasi geografis, atau industri. Rencana ini juga merupakan pernyataan dari tanggapan yang tepat untuk proses pemulihan yang bersifat efektif terhadap biaya dan cepat. Oleh karena itu, rencana yang dibuat haruslah mengidentifikasi di mana, yang mana, dan bagaimana record-record dapat diperoleh.

Elemen Utama Yang Perlu Diperhatikan dalam Disaster Recovery Planning

Disaster recovery merupakan proses menjalankan kembali operasi bisnis dan merekontruksi record record bisnis yang penting setelah bencana. Disaster recovery mengidentifikasi dan melindungi semua record penting, baik yang terdapat pada media kertas, hardisk komputer, disk optik, dari proses penyelamatan hingga proses rekonstruksi. Untuk keperluan ini, ada baiknya kalau dibahas elemen-elemen utama pada disaster recovery planning. Elemen utama disaster recovery plan dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu : 
  1. elemen-elemen yang bersifat umum bagi semua aspek rencana 
  2. elemen-elemen ketika operasi bisnis dijalankan lagi
  3. elemen-elemen ketika operasi penyelamatan dan pemulihan dilakukan 
Dalam rangka disaster recovery plan menjadi efektif, maka perlu diperhatikan elemen-elemen dasar tertentu. Selagi deskripsi aktual dari elemen-elemen tersebut berubah dari satu tempat ke tempat yang lain, pengalaman menunjukkan bahwa masing-masing harus terdapat di dalam rencana agar rencana yang efektif dapat dicapai. Elemen-elemen tersebut sebagai berikut :
  1. pernyataan kebijakan yang jelas (clear policy statement), mencakup tujuan dan sasaran pemulihan;
  2. wewenang aktivasi (activation authority), yaitu siapa yang berhak memimpin tim rencana pemulihan;
  3. struktur tugas (task organization), mencakup tugas dan fungsi tiap tim atau anggota tim pemulihan;
  4. tim pemulihan setelah bencana (disaster recovery team), yaitu anggota tim yang bertugas menjalankan  disaster recovery plan;
  5. layout organisasi (facility floor plan or layout), yaitu  tata letak tiap tempat dalam suatu oraganisasi atau perusahaan; 
  6. prosedur distribusi informasi (information distribution procedure), merupakan metode spesifik untuk mengontak anggota tim pemulihan, vendor, agen pendukung, supplier, dan semua pihak yang terkait;
  7. pemantauan kondisi yang berbahaya (monitoring of destructive area);
  8. traning pekerja (provision for training of employee), merupakan kegiatan untuk melatih para pekerja mengenai prosedur pemulihan;  
  9. hal-hal lain seiring dengan jalannnya proses pemulihan (provision for ongoing review and revision). 
Disaster recovery plan harus memuat langkah-langkah dan aksi-aksi yang perlu dilakukan bila bencana terjadi. Sasaran spesifik perusahaan perlu tertulis pada disaster recovery plan. Secara umum, informasi yang terdapat pada disaster recovery plan harus mencakup hal-hal berikut :
  1. mengidentifikasi dan memberi perlindungan yang cukup terhaap record-record penting perusahaan atau program utama perusahaan;
  2. mengurangi risiko bencana yang diakibatkan oleh kesalahan manusia dan kegagalan peralatan atau gedung dengan mengadakan program training, pemeliharaan, dan sekuritas;
  3. memastikan kemampuan organisasi untuk beroperasi secara efektif setelah bencana dengan menerapkan kebijakan manajemen, prosedur, dan sumber daya yang diaktivasi pada situasi bencana;
  4. memastikan kemampuan organisasi untuk merekonstruksi informasi dan record-record yang rusak dengan cepat. 


Informasi yang terdapat di dalam disaster recovery plan ditulis, disetujui, diimplementasikan, dan dievaluasi secara periodik untuk mengidentifikasi, melindungi, merekonstruksi, atau menyelamatkan catatan-catatan historis dan penting, serta membentuk prosedur pelaksanaan operasi bisnis ketika bencana terjadi.

Prasyarat Dalam Pembuatan Disaster Recovery Plan

Sebuah rencana untuk melindungi record bisnis akan menjadi tidak efisien jika record-record yang dilindungi tersebut tidak memiliki nilai historis, administratif, fiskal, penelitian, atau hukum. Untuk merekonstruksi atau menyelamatkan informasi yang tidak penting sangatlah membuang waktu dan uang. Oleh karena itu, perlu diperhatikan prasyarat apa saja yang perlu dilakukan sebelum membuat disaster recovery plan. 
Prasyarat tersebut dijabarkan sebagai berikut :
Prasayarat 1: Informasi dipandang sebagai Sumber Daya Perusahaan
Perusahaan yang mengelola informasi selama siklus hidup informasi, dari pembuatan atau perumusan informasi, sampai ke penggunaan, penyimpanan, pengambilan kembali, dan pembuangan informasi, perlu menempatkan perencanaan terhadap bahaya di dalam program manajemen total perusahaan. 

Prasyarat 2: Asuransi Yang Cukup
Disaster recovery plan merupakan bentuk asuransi. Proses perencanaan menganjurkan agar program asuransi bisnis dimanfaatkan untuk melindungi aset perusahaan dan menyediakan proteksi liabilitas. Program ini sebaiknya telah diidentifikasi dan dilengkapi proteksi terhadap risiko dan bahaya tertentu. Disaster recovery plan mengidentifikasi risiko tertentu seperti terjadinya banjir data pada tempat penyimpanan, kebakaran, badai, yang membahayakan record-record yang tersimpan secara elektrik.

Prasyarat 3: Program Record  Yang Penting
Pada saat terjadinya bencana, proses pemulihan dapat sangat memakan biaya. Oleh karena itu, penting bila record-record yang dilindungi, dipulihkan, direkonstruksi berisi informasi penting bagi kelanjutan operasi perusahaan. Identifikasi dan proteksi record-record yang penting ini merepresentasikan area di mana program penyimpan record-record penting dan disaster recovery plan saling overlap. 

Prasyarat 4: Jadwal Penyimpanan Record
Program penyimpan record-record penting dibangun berdasarkan jadwal penyimpan record yang terstruktur. Jadwal penyimpan record merupakan daftar yang memuat record-record, yang mengindikasikan serangkaian waktu yang perlu dijalani di lingkup kantor, pusat data, dan kapan informasi record ini dapat dihapus. Jadwal penyimpan record harus dibuat sebelum disaster recovery plan. Jadwal ini menyediakan informasi penting mengenai lokasi record, media tempat penyimpanan record, metode proteksi, dan nilai record individual.

Prasyarat 5: Sistem Klasifikasi dan Penggunaan Kembali Record
Record-record yang tidak diklasifikasikan dengan baik tentunya akan meningkatkan biaya disaster recovery planning. Kendala utama adalah pada umumnya record-record belum dikelompokkan dalam unit file.

Prasyarat 6: Program Sekuritas Yang Cukup
Program sekuritas untuk fasilitas dan informasi menyediakan kerangka kerja yang dapat dieksplorasi lebih lanjut pada pembuatan disaster recovery plan. Program sekuritas setidaknya memuat proteksi password komputer, proteksi informasi para pekerja, pembatasan daerah akses, detektor asap, dan lain sebagainya.

Perencanaan Yang Komprehensif Terhadap Disaster Recovery Plan

Sehubungan dengan bencana yang ada, terdapat berbagai tipe kerusakan atau kehilangan yang perlu dipertimbangkan, yaitu : 
  1. fasilitas fisik (gedung, komputer, inventori, atau tempat kerja rusak);
  2. akses ke fasilitas (ruang rahasia);
  3. informasi (komputer rusak, harddisk crash);
  4. akses ke informasi (tidak terdapat akses database secara remote);
  5. sumber daya manusia (produksi, manager, pendukung).
Tantangan Proyek
  • Tidak tersedianya system pengamanan yang memadai yang akan meminimalisir dampak kerusakan, seperti    pembangunan DRC. Sehingga pada saat terjadi kerusakan, data tidak bisa ditemukan lagi.
  • Anggaran tambahan yang diperlukan untuk melakukan pemeliharaan system utama, serta disaster recovery. 
DISASTER RECOVERY PROJECT


Case :    
Rumah Sakit Huntington mengimplementasikan Disaster Recovery Solution untuk  memastikan ketersediaan Sistem MEDITECH dan layanan Pasien Care.



Tujuan: 

Melindungi Sistem Informasi Kesehatan  MEDITECH  dalam hal terjadi bencana atau kegagalan, dan memfasilitasi upgrade server Microsoft dan pemeliharaan sistem tanpa menginterupsi sistem untuk memastikan kualitas tertinggi dalam perawatan pasien.



Tantangan:
merancang proses penyelamatan baik secara  teknis maupun operasional sesuai dengan tipe bencana
merancang sebuah pencegahan sebelum terjadi bencana, dan mitigasi setelah terjadi bencana
membangkitkan proses bisnis kembali ke keadaan semula setelah terjadi bencana
Menjaga keamanan data dalam pemindahan dan migrasi sistem



Solusi:

Install sebuah self-hosted disaster recovery system yang melibatkan dua data center identik dengan strategi failover yang dirancang untuk meminimalkan gangguan terhadap operasi Huntington.



latar belakang

Rumah Sakit  Huntington  adalah
Layanan Perawatan Medis yang memiliki  525 tempat tidur perawatan non profit , yang tergabung dalam komunitas rumah sakit, yang terletak di Pasadena, California. Rumah sakit ini menawarkan lengkap perawatan medis akut dan pelayanan masyarakat, mulai dari program medis umum sampai program khusus terutama dalam ortopedi, kardiologi, onkologi,  pelayanan perempuan dan anak, operasi, darurat, dan psikiatri. Rumah sakit ini juga memiliki  lingkungan IT dan sebuah aplikasi MEDITECH yang terinstal secara baik dan kokoh dengan ketergantungan penuh pada sistem Advanced Clinic yang mereka miliki.

Developer
Tim Kirk, mantan CIO (Chief Information Officer) di Rumah Sakit Huntington, memimpin rencana pengembangan dan implementasi TI  rumah sakit dengan tujuan utama dari mendukung perawatan pasien yang aman dan akurat. Infrastruktur TI rumah sakit memfasilitasi semua aspek kontinum pelayanan kesehatan. Tim, bersama dengan anggota kunci Departemen Sistem Informasi  Huntington, diakui bahwa investasi yang sedang berlangsung dalam hal teknologi sangat diperlukan untuk menjamin  kualitas tertinggi dalam pelayanan kesehatan.

Departemen Huntington IS  dipimpin oleh Anker Anderson, Interim CIO, Debbie Dunn, Direktur Dukungan Pelanggan, dan Jake Chan, Direktur Aplikasi. Huntington visinya untuk menciptakan, primary, self-hosted (sebagai keterbalikan dari outsourcing) infrastruktur  pemulihan bencana yang terdiri dari dua pusat data identik  yang akan memberikan kemampuan mengatasi  failover. Dua data center juga akan memfasilitasi upgrade server dan pemeliharaan rutin. 

Dalam  kasus lainnya, data center memungkinkan switching routine dari point satu ke yang point lainnya bila diperlukan dengan tetap menjaga ketersediaan layanan  Sistem dan aplikasi MEDITECH. "Dengan tujuan utama kami yakni menjaga keselamatan pasien ,dan ketergantungan kita pada sistem MEDITECH dimana sistem tersebut menjadi kmponen penting yang membantu kita merealisasikan tujuan tersebut, kita butuh solusi yang dapat diandalkan," kata Anker Anderson.


Solusi

Memilih Sistem Integrator


Sebuah komponen penting untuk keberhasilan proyek adalah dengan mengintegrasikan berbagai teknologi dan mitra teknologi  yang terlibat dalam pencarian solusi serta mengelola proses bersama dengan staf TI rumah sakit. Huntington memilih JJWild sebagai primer integrator karena memiliki pengalaman yang luas dalam membantu  desain  rumah sakit MEDITECH dan menerapkan solusi backup dan recovery dan hubungan kemitraan strategis   dengan banyak penyedia  industri teknologi terkemuka. JJWild bermitra dengan BridgeHead Software, EMC, dan HP untuk mengimplementasikan solusi Huntington. JJWild bekerja langsung dengan Anker dan bertindak sebagai satu titik kontak di seluruh seluruh proyek, mendalangi upaya semua mitra teknologi. Anker merasa bahwa "Keahlian JJWild dan hubungan yang  kuat memungkinkan mereka untuk mengelola kompleksitas proyek dan mengkoordinasikan upaya BridgeHead, EMC, HP, dan MEDITECHuntuk membuat solusi terintegrasi. "

Menciptakan Tim Implementasi


JJWild menyusun tim desain dan  insinyur  jaringan, konsultan teknologi, aplikasi konsultan, dan seorang direktur proyek untuk  merancang, menguji,memvalidasi, dan menerapkan proyek untuk memenuhi timeline dan harapan Huntington Rumah Sakit. Tim proyek yang terlibat sebanyak 30 orang pada berbagai tahap pelaksanaan, semua dikelola oleh direktur proyek JJWild, Rob Goodlad.
"Itu penting bahwa kita memiliki orang yang tepat dengan keahlian di tempat yang tepat," kata Rob.
"Kami harus mengambil pandangan mendalam pada aplikasi yang ada, proses, dan teknologi dan menyelaraskan mereka benar dengan   solusi baru self-host pemulihan bencana.
Kami memanfaatkan keahlian JJWild dan mitra teknologi kami yang dipekerjakan berdampingan dengan Rumah Sakit Huntington dengan membuat mereka selalu mendapatkan informasi ".

Desain Planning
JJWild memfasilitasi proyek kick-off meeting dengan seluruh tim proyek  JJWild, mitra teknologi , dan staf TI Rumah Sakit Huntington . Komponen utama dari pelaksanaan melibatkan  instalasi infrastruktur dan integrasi,   proses reallignment, integrasi jaringan, pengujian offline, validasi, dan live implementation.

Tujuan tim ini yang paling penting adalah untuk mendapatkan pemahaman tujuan-tujuan dan harapan penuh Huntington dan mengembangkan rencana TI  untuk solusi infrastruktur yang akan mengalamatkan perangkat keras, perangkat lunak, dan  komponen integrasi. JJWild menyampaikan dokumen desain   infrastruktur tidak lama setelah pertemuan kick-off.


Hasil Proyek
Setelah menyelesaikan pengujian akhir dan validasi, tim mengembangkan sebuah rencana Go Live.
Tujuan implementasi adalah untuk migrasi data dan memiliki dua data center yang berfungsi penuh dan online dalam 12 jam atau kurang untuk meminimalkan end user downtime dan gangguan terhadap operasi rumah sakit. Dengan kesiapan seluruh tim implementasi, baik secara stand by maupun on call, data center akan selalu online. Solusi disaster recovery self-host  Rumah Sakit  Huntington   telah berhasil diimplementasikan dalam jangka waktu yang diharapkan dan harapan rumah sakit. "JJWild bekerja dengan kami sebagai mitra sejati," kata Anker, "mendalangi solusi pemulihan bencana yang tidak hanya menguntungkan dokter dan Staf TI, tetapi pasien kami juga. "


untuk meningkatkan kesiapan Operasional  healthcare yang  berkesinambungan.
Mereka telah mulai untuk memulai pelaksanaan pengelolaan sistem rcovery center untuk lebih melindungi mereka dari bencana regional serta untuk menjamin ketersediaan sistem komputasi  tinggi untuk lebih meminimalkan downtime yang terencana maupun tidak terencana.


sumber : www.riccicommunications.com

AGINTA GENIUSA- D1
ARIF SETIYANTO -D1

No comments:

Post a Comment